"Diterima Seperti Anak Sendiri, Danrem Baru Disambut Adat Naijuf Keneno"




KUPANG – Langit Timor bersaksi atas sebuah momen bersejarah: ketika adat dan militer berpadu dalam semangat kebangsaan. Brigjen TNI Hendro Cahyono, Komandan Korem 161/Wira Sakti yang baru, resmi diterima secara adat oleh keluarga besar Sonbai dalam prosesi sakral Naijuf Keneno—ritual kuno yang bermakna pantang lari dan penuh pesan moral kepemimpinan.

Bagi keluarga Sonbai, pemimpin yang datang bukanlah tamu. Ia bukan orang luar. Ia adalah anak yang pulang ke rumah. Dengan filosofi itu, Danrem baru disambut bukan sekadar secara militer, melainkan dengan kasih dan kehormatan seorang leluhur pada pewarisnya.

Dibalut tenun khas Timor Tengah Selatan yang melambangkan cinta dan pengabdian, serta dikenakan posu—ikat pinggang perang leluhur—Hendro Cahyono menapak ke tanah Timor dengan tekad baru: melayani, menjaga, dan merangkul.

“Ini bukan sekadar serah terima jabatan. Ini pengikraran adat bahwa Danrem bukan pendatang, tapi darah kami sendiri,” ujar Dr. Sulastri Benufinit yang hadir bersama tokoh adat lainnya.

Welem Sonbai, tokoh utama dalam keluarga besar itu, menegaskan bahwa sejarah Sonbai bukan hanya soal takhta, tapi tentang perjuangan. “Kami ingin Danrem yang baru melihat tanah ini bukan sekadar wilayah tugas. Tapi ladang pengabdian. Kami siap berjalan bersama demi NTT dan Indonesia,” ucapnya penuh keyakinan.

Dalam napas adat Timor, orang bukan dinilai dari tempat lahir, tapi dari niat berjuang. Dan dalam legenda yang hidup di antara gunung dan laut, pulau Timor lahir dari seekor buaya yang mengorbankan dirinya demi cinta. Maka tak heran jika rakyat Timor menyebut diri mereka "anak buaya"—simbol kekuatan, kesetiaan, dan keberanian.

Sebagai penjaga tapal batas NKRI di wilayah timur, Korem 161/Wira Sakti bukan hanya institusi militer, tapi simbol ketahanan sosial dan budaya. Dalam acara ini, seluruh nilai itu melebur: adat, kebangsaan, dan cita-cita.

Hendro Cahyono menggantikan Danrem sebelumnya yang purna tugas. Tapi kehadirannya bukan sekadar menggantikan posisi. Ia melanjutkan semangat. Ia menerima warisan tak terlihat: kepercayaan rakyat, restu leluhur, dan tekad untuk menjadikan tanah Timor bukan hanya aman, tapi juga maju dan bermartabat.

“Di tanah ini, kami tidak hanya berdiri. Kami berjuang. Kami bersinergi. Kami siap mendukung program TNI demi rakyat Timor,” kata Welem Sonbai menutup sambutan adat.

Dan di ujung upacara, hanya ada satu harapan: Selamat datang, Danrem. Selamat mengabdi. Tanah ini adalah rumahmu. Dan rakyat Timor adalah keluargamu.