Jonathan Nubatonis Tarik Pelatuk di Ngada: Mari Yohanes, Anak Panah yang Dilepas dari Busur Gema Bangsa




Ngada, – Seperti bidik tajam seorang pemanah yang tak mau buang anak panah sia-sia, Ketua DPW Partai Gema Bangsa NTT, Jonathan Nubatonis, akhirnya melepaskan satu tembakan strategis ke jantung politik Kabupaten Ngada. Bukan sekadar simbol, Jumat ini menjadi momentum lahirnya kalkulasi politik jangka panjang ketika mandat Ketua DPD Gema Bangsa Ngada resmi diserahkan kepada Mari Yohanes – figur lama yang bangkit dalam kendaraan baru.

Mari Yohanes bukan anak kemarin sore dalam gelanggang politik Ngada. Mantan Ketua DPD Partai NasDem ini telah dua kali duduk di kursi DPRD, dengan jejak yang membentang dari ruang rapat legislatif hingga lorong-lorong aspirasi rakyat. Dalam tubuhnya, pengalaman telah terikat seperti simpul mati; tak mudah dibuka, apalagi digantikan.

Penunjukan ini bukan peristiwa biasa. Ia adalah pesan politik yang dibungkus rapi: Gema Bangsa tengah menyiapkan pergeseran kutub kekuasaan di daerah yang selama ini nyaris steril dari kejutan.

“Politik butuh keberanian membaca arah angin,” ujar Jonathan Nubatonis dengan tatapan tenang namun menghunjam. “Kami tidak sedang mencari pelengkap. Kami butuh eksekutor. Dan Mari Yohanes adalah anak panah yang kami lepaskan untuk menembus kebekuan,” lanjutnya.

Sinyal ini jelas: Gema Bangsa ingin bermain bukan di pinggir, tapi di pusat orbit pengaruh. Keputusan Nubatonis merekrut dan menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada tokoh lintas partai ini ibarat menanam bom waktu dalam lanskap politik lokal—bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengguncang dan mengatur ulang posisi para pemain lama.

Dalam pidato penerimaannya, Mari Yohanes tak banyak basa-basi. Kalimatnya pendek, padat, dan menegaskan arah: “Saya datang bukan untuk memulai ulang, tapi untuk menyelesaikan yang belum selesai—dengan cara yang berbeda, bersama partai yang baru.” Pernyataan ini terasa seperti deklarasi perang yang halus, menyiratkan bahwa akan ada babak baru yang jauh lebih dinamis, bahkan mungkin lebih panas.

Di balik panggung, sejumlah pengamat melihat langkah ini sebagai strategi catur yang cermat. Mengambil figur dengan jaringan kuat, pengalaman lapangan, dan loyalis diam-diam di berbagai lini adalah cara cerdas untuk memotong waktu konsolidasi. Gema Bangsa tidak sedang membangun dari nol—mereka menyambung kabel lama ke sumber energi baru.

Penyerahan mandat ini bukan hanya soal jabatan partai. Ia adalah penegasan bahwa politik di Ngada sedang mengalami rekonstruksi diam-diam. Jika sebelumnya dinamika hanya berkutat pada poros lama, kini ada kekuatan baru yang sudah siap bergerak dengan peta yang lebih luas dan strategi yang lebih halus.

Dan satu hal yang pasti: ketika Jonathan Nubatonis menarik busur dan melepas Mari Yohanes sebagai anak panah, arah politik Ngada tidak akan lagi sama.( Arnold). 

Postingan populer dari blog ini

Diminta Mundur Dari Pilkada TTS, Marten Tualaka : "Saya Bukan Politisi Pinggiran"

Dinilai Memiliki Rekam Jejak Paling Baik,Milenial Kota Kupang Dukung Ansy Lema Jadi Calon Gubernur NTT

"Akibat Kadis di Tahan PBG Terhambat"