Kupang,- Tahun politik, tahun penuh janji. Ketika banyak calon kepala daerah di Nusa Tenggara Timur mengumbar janji demi mendapatkan dukungan dan empati dari masyarakat, tidak demikian dengan Fransiscus Go. Digadang-gadang maju dalam kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) NTT November mendatang, CEO GMT Institute itu malah berkata, "Tidak mesti menjadi seorang gubernur, baru kita membangun NTT."
Menurut pengusaha asal Timor Tengah Utara itu, dengan talenta dan kapasitas yang dimiliki masing-masing orang, kita bisa bersumbangsih dan berkontribusi dalam membangun Bumi Flobamora. "Ngapain tunggu harus jadi gubernur baru kita dengan lantang berteriak, 'saya akan bangun NTT'. 'Saya siap memberikan yang terbaik untuk NTT'. Berbuat dulu lah, biar masyarakat tahu, apa yang sudah kita berikan bagi daerah kita," sentil Fransiscus Go ketika dimintai tanggapannya terkait janji-janji politik yang dilecutkan para bakal calon.
Kepada wartawan Sabtu (4/5), direktur Yayasan Felix Maria Go itu menandaskan, dengan status NTT masuk kategori daerah tertinggal di Indonesia, sudah saatnya NTT dibangun dari segala aspek, tanpa perlu janji-janji politik. "Masyarakat sudah pada pintar. Bisa melihat karya dan dedikasi seseorang. Tapi bagi saya pribadi, jika kita komit mau membangun NTT, tak perlu menjadi gubernur," tandas Fransiscus Go.
"Saya baru saja jadi pembicara di seminar bertajuk : “SCU for Indonesia: Exploring the Potentials of Remote, Border Areas, and Islands at Eastern Indonesia (Maluku & NTT)" yang diselenggarakan Soegijapranata Catholic University (SCU), Selasa, (30/4), di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan, Semarang, Jawa Tengah. Saya mengatakan, NTT memiliki potensi ekonomi yang jika dikelola secara optimal, akan mensejahterakan masyarakat. Misalnya, komoditi kopi, cokelat, tebu, perikanan dan pariwisata. Nah, pada aspek inilah, dibutuhkan komitmen seorang calon gubernur membawa perubahan ke arah yang lebih baik, dengan mengelola komoditi tersebut," imbuh Frans Go. (robert kadang)