Pj Gubernur NTT Hadiri Upacara Peringatan Hari Dharma Samudera Ke- 62



Kupang, -Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur, Ayodhia GL Kalake, SH, MDC, menghadiri Upacara Peringatan Hari Dharma Samudera ke – 62 sekaligus Tabur Bunga bertempat di Dermaga Mako Lantamal VII Jl. Supul Raya, Desa Bolok, Kec. Kupang Barat, Kab. Kupang, Senin (15/1/24).


Upacara yang dimulai pukul 08.20 WITA tersebut mengusung tema ”Kobarkan Semangat Pertempuran Prajurit Jalasena yang Tangguh, Profesional dan Modern”. Bertindak selaku Irup Danlantamal VII Kupang Laksamana Pertama TNI I Putu Darjatna, M.Tr.Opsla dengan Komandan Upacara Mayor Laut (S) Firman Hidayat, S.E.


Hadir pada Upacara tersebut, Danlanud El Tari Kupang Marsma TNI Djoko Hadipurwanto S.E., M.M, Danrem 161/Wira Sakti Brigjen TNI Febriel Buyung Sikumbang,S.H.,M.M, Wakapolda NTT Brigjen Pol. Awi Setiyono, S.I.K., M.Hum., Wadanlantamal VII Kolonel Marinir Aris Budiadi, S.P., M.M., Kepala kantor SAR NTT I Putu Sudayana, SE, M.AP, Dir. Polairud Kupang Kombes Pol Irwan Dedi Nasution S.I.K MH., Kasi Penindakan pada Bidang Pidana Militer Kejaksaan Tinggi NTT Marhaniyanto SH.,MH, dan Ibu-ibu Jalasenastri Lantamal VII Kupang.


Upacara hari Dharma Samudera diperingati untuk mengenang sejarah Pertempuran Laut Aru yang terjadi pada 15 Januari 1962 silam. Kala itu tentara Indonesia bertempur melawan tentara Belanda untuk pembebasan Irian Barat (Papua) di Perairan Maluku.


Selain itu tujuan diperingatinya Hari Dharma Samudera setiap tanggal 15 Januari adalah juga untuk mengenang peristiwa heroik dalam sejarah Angkatan Laut Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh para pelaut di bawah kepemimpinan Komodor Yos Sudarso.


Kehadiran Pj. Gubernur Ayodhia Kalake bersama segenap unsur Forkopimda NTT pada upacara tersebut merupakan bentuk solidaritas dan dukungan serta momentum bagi kita semua untuk menghayati, meresapi dan meneladani nilai-nilai patriotisme, heroisme dan kepemimpinan yang telah diwariskan oleh para pejuang samudra dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara tercinta, selaras dengan semangat “Jalesveva Jayamahe”.


Berikut Sejarah singkat Pertempuran Laut Aru 15 Januari :


Pertempuran Laut Aru yang terjadi di Perairan Maluku merupakan peristiwa operasi militer yang digelar sebagai tindak lanjut dari operasi Trikora (Tri Komando Rakyat), yang bertujuan untuk membebaskan dan merebut kembali wilayah Irian Barat (Papua), dengan melawan pasukan Belanda.


Pada 2 Januari 1962, sebagai tindak lanjut Trikora, Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Panglima Besar KOTI Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor I Tahun 1962 tentang pembentukan Komando Mandala, yang dikomandoi oleh Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto.


Dalam rangka pembebasan Irian Barat, disusunlah Operasi Jayawijaya. Pada 12 Januari 1962, tiga unit motor torpedo boat (MTB) yang tergabung dalam kesatuan patroli cepat, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Harimau, dan KRI Macan Kumbang mengadakan patroli rutin di sekitar Laut Aru (Arafura).


Operasi tersebut diketahui oleh Belanda. Hingga pada 15 Januari 1962, kapal-kapal MTB diserang dari laut dan udara. Dalam serangan tersebut, KRI Macan Tutul tenggelam bersama Komodor Yos Sudarso dan Kapten Wiratno beserta pasukannya. Peristiwa ini dikenang sebagai Pertempuran Laut Aru.


Setelah peristiwa itu, pertempuran laut antara Indonesia dan Belanda tidak pernah terjadi lagi, usai Irian Barat (Papua) memilih bergabung dengan Indonesia. Pertempuran di Laut Aru menjadi peristiwa sejarah yang heroik bagi bangsa Indonesia dan kemudian diperingati sebagai Hari Dharma Samudera.


Sebagai informasi tambahan, Trikora sendiri merupakan puncak atau langkah terakhir perjuangan pembebasan lrian Barat (Papua). Perjuangan pembebasan dalam politik konfrontasi ini dilakukan sejak 14 Desember 1961, dirumuskan oleh Dewan Pertahanan Nasional dan diumumkan oleh Presiden Soekarno.


Perumusan Tri Komando Rakyat atau Trikora oleh Presiden Soekarno dilakukan pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Tanggal tersebut kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Trikora.

Artikel Pilihan

Iklan