Soe,vista-nusantara.com,-Budaya menenun hampir punah di generasi milenial,Tenun dianggap budaya kuno,apalagi dikalangan siswa dan siswi tingkat menengah Pertama maupun menengah atas.Namun masih ada segelintir orang menggangap bahwa tenun adalah budaya para leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan sehingga berjuang menjadikan tenun sebagai mata pelajaran Mulok dan juga program ekstrakurikuler karena ada kekhawatiran menenun bisa jadi hilang atau punah.
Kali ini peserta didik, SMP Negeri Satu Atap Nefotes yang terletak di sebuah dusun yang jauh dari ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan boleh dikatakan sulit terjangkau tepatnya di Desa Bijaepunu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadikan tenun ikat sebagai salah satu program ekstrakurikuler.
Untuk meningkatkan serta mendorong bak dan minat para peserta didik, pihak sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler memberikan ruang bagi semua peserta didik untuk memilih jenis ekskul yang ada sesuai hobi masing-masing.Demikian dikemukakan Kepala SMP Negeri Satap Nefotes Hendra Sa'u S.Pd Kepada media ini,Sabtu,(05/03/2022) via pesan whattApp.
“Kami di SMP Negeri Satap Nefotes memberikan dukungan serta motivasi bagi para peserta didik yang ada untuk meningkatkan setiap potensi yang dimiliki. Karena itu melalui kegiatan ekstrakurikuler ada beberapa program yang ada di antaranya, Tenun Ikat, Sepak Bola, Bola Voli, Teater, Musikalisasi Puisi, pembuatan tempe tahu dan beberapa kegiatan lainnya.
Jadi kami memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk memilih sesuai bakatnya masing-masing,” ungkap pria asal mollo tersebut.
Khusus untuk tenun ikat, lanjut Hendra,ada kendala yang kita hadapi yakni persediaan alat dan bahan. Sehingga untuk menunjang keberlangsungan program tenun ikat tersebut terpaksa kita harus pinjam alat tenun dari masyarakat sekitar meskipun demikian namun dapat berjalan dengan lancar," ucap Hendra.
Hendra juga menyampaikan bahwa setiap program ekskul yang ada di sekolah sudah diberikan tugas kepada guru-guru yang ada.
Kepsek Hendra meminta agar para guru yang mendampingi anak-anak dalam kegiatan ekskul mampu menjalankan tugasnya dengan baik,"pintanya.
Sementara Guru pendamping ekskul tenun ikat Ety M. F. Tse, kepada media ini mengatakan bahwa hanya ada 10 peserta didik yang bergabung dalam program menenun dan . mereka didampingi oleh satu orang sebagai mentor," ujar Ibu Tse
Selain itu Ety juga menyampaikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler baru berjalan normal kurang lebih selama sebulan akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Ia berharap agar pandemi Covid-19 cepat berlalu sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan,"harap Wanita berparas cantik tersebut.(**)