Julie Sutrisno Laiskodat Bangga NTT Kaya Motif Tenun




Kupang,vista-nusantara.com,--Kunjungan Pembelajaran Tenun Ikat Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Ny. Julie Sutrisno Laiskodat di SMA Negeri 1 Kupang. Mengajak Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Kupang untuk mampu menghasilkan uang dari tenun ikat NTT. Senin, (14/02/22).


Julie Sutrisno Laiskodat Ketua TP PKK Provinsi NTT dan juga sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi Nasdem Dapil 1 NTT ini, berbangga atas potensi dari para leluhur di NTT karena telah mampu menciptakan berbagai macam motif tenun ikat dari 22 Kabupaten/Kota se-NTT sebanyak 737 motif tenun ikat NTT. 


"Motif NTT berkibar di Nasional maupun Internasional itu bukan semata-mata saya yang membawa kesana, tetapi memang leluhur kita luar biasa dibandingkan Provinsi lain kita terhebat karena leluhur kita NTT mampu melahirkan motif yang begitu banyak dari 22 Kabupaten/Kota ada 737 motif tenun NTT," ungkap Julie. 


Julie Sutrisno Laiskodat melihat bahwa NTT sangat begitu kaya dengan motif tenun ikat dan dengan beragam cerita dari para leluhur Nusa Tenggara Timur. Hal itu dikatakannya bahwa menjadi salah satu nilai jual yang mendukung program Gubernur NTT yang namanya program pariwisata. 


"Diluar dari situ saya mempunyai ketakutan sebab penenun di NTT rata-rata Mama-mama yang sudah lanjut usia dan anak-anak muda tidak lagi mau menenun, saya takut budaya yang kaya ini bisa luntur, beda dengan wisata alam karena orang lain juga punya laut kita juga punya laut, tetapi budaya orang lain tidak punya tapi kita punya banyak budaya," imbuhnya. 


Julie Sutrisno Laiskodat mengajak pelajar SMAN 1 Kupang untuk bisa menghasilkan uang dari tenunan sendiri. Ada pilihan bagi para siswa-siswi untuk mau menenun di sekolah atau di rumah dan hampir 90 persen jawaban dari para siswa-siswi memilih untuk menenun di sekolah karena jauh lebih dominan banyak waktu luang di sekolah. 








Julie Sutrisno Laiskodat sejak tahun 2019 d menjabat telah menghimbau agar tenun masuk sekolah, namun untuk mencapai hal tersebut  membutuhkan waktu. Pada tahun 2020 Julie Sutrisno hanya fokus pada SMK, akan tetapi semenjak tahun 2021 di beberapa sekolah yang  di kunjungi oleh Ketua TP PKK Provinsi NTT dan di dampingi Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menemukan sekolah-sekolah yang telah mulai menenun. 


" Saya punya mimpi adalah supaya bisa semua Kabupaten /Kota ada sekolah seperti ini yang mengangkat budaya tenun agar bisa terus melestarikan kebudayaan yang ada di NTT," harapnya. 


TP PKK Provinsi NTT telah berkoordinasi dengan Dinas Perindag NTT dan Kemenkumham NTT untuk melakukan indikasi geografis. Oleh sebab itu motif yang ada di Kabupaten tersebut semuanya di kaji melalui data indikasi geografis dan telah terdata sebanyak 737 motif tenun ikat NTT. Hal itu telah berhasil dilakukan oleh Ketua TP PKK NTT Julie Sutrisno Laiskodat. 


"Puji Tuhan saya sudah selesai, bukunya juga sudah ada di perpustakaan Dekranasda NTT," ungkap Julie. 


Lebih lanjut Kepala SMAN 1 Kupang, Dra. Marselina Tua, M.Si. Menyampaikan bahwa, tenun ikat NTT tidak boleh mati walaupun jaman semakin modern, ia mengajak muda-mudi NTT untuk tumbuh melestarikan kembali tenun ikat NTT. 


"Jaman boleh modern tapi tenun ikat tetap berdiri kokoh, tetap dijaga, tetap di lestarikan. SMAN 1 Kupang ini siswa nya banyak, maka kalo mau tenun kita butuh ruangan yang cukup agar bisa belajar menenun" ungkapnya.


Dalam pantauan media ini kunjungan Ketua TP PKK Provinsi NTT bersama rombongan itu mebawakan benang 100 kepala untuk 10 helai tenun dan dua buah alattenun ikat diserahkan kepada SMA Negeri 1 Kupang utuk dipergunakan bagi siswa-siswi yang mau belajar menenun di sekolah. 


Sebelum menutupi acara kunjungan itu Julie Sutrisno Laiskodat memanggil para siswa-siswi SMAN 1 Kupang untuk menanyakan siapa yang bersedia mau menghasilkan uang dari menenun akan diberikan alat tenun untuk para siswa-siswi yang bersedia.


Dan apabila telah diberikan bantuan berupa alat tenun siswa-siswi yang menerima itu harus bertanggung jawab untuk bisa menghasilkan tenunannya sendiri sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa siswa-siswi tersebut benar-benar fokus dan mau bekerja keras mencari uang dari hasil tenun ikat. 


Siswa-Siswi pembuat produk Kuliner sendiripun akan di belikan produk buatan mereka oleh Dekranasda NTT akan membeli sebanyak 500 gram untuk dapat diujikan di badan POM.(tim)

Artikel Pilihan

Iklan